Jangka waktu kuliah normal di Canada untuk undergraduate itu sekitar 4 tahun. Kalau ikut program CoOp yang minimal 3 term, maka jangka waktu kuliah akan menjadi k.l 5 tahun.
Rizki ikut program CoOp ini, sehingga plan awal memang akan kuliah selama 5 tahun, lulus lebih lama dari teman2 lain seangkatannya.
Saat masuk year 3, Rizki sudah sempat coop selama 2 term di sebuah startup company, jadi tinggal 1 term lagi untuk memenuhi persyaratan program CoOp-nya. Sebenarnya, waktu itu Rizki juga sudah mendapat assigment dari company yang menerima coop untuk term 3, tapi tiba-tiba pandemi datang, dan company itu menunda waktu CoOp dengan batas waktu yang tidak jelas.
Masuk ke year 4, kuliah Rizki tinggal 6 credit, dan sampai bulan Mei 2021 yll, Rizki masih belum mendapatkan tempat untuk CoOp. Situasi bisnis yang belum normal di masa pandemi ini, membuat lowongan CoOp dan pekerjaan menjadi jauh lebih susah. Pilihannya adalah, drop saja program CoOp dan lulus dengan cepat, atau terus berusaha melamar tempat CoOp.
Ratusan lamaran CoOp dia kirimkan, puluhan kali panggilan interview dia penuhi, tetap saja belum ada job offering. Setiap kali saya video call dng Rizki, saya rasakan stress yang dia alami, dan saya berusaha untuk memberikan semangat kepadanya.
Alhamdulliah minggu yll Rizki mendapat offering dari 2 company. Satu company adalah startup company yg menerima CoOp untuk 1 term, dan satu lagi adalah korporasi multinational yang sudah listed di Nasdaq dan menerima CoOp untuk 2 term.
Akhirnya Rizki memutuskan untuk memilih tempat CoOp di korporasi, karena selain sebelumnya pernah mencoba CoOp di startup, korporasi ini juga memungkinkan untuk menerima internship, setelah CoOp selesai, pada saat summer break 2022 nanti, sebelum meneruskan kuliah yang tinggal 1 term lagi. Korporasi ini bisnis utamanya adalah IOT (Internet of Things), dan kebetulan offering yang ditawarkan kepada Rizki adalah supply chain. Jadi klop sekali, Rizki memang ingin belajar bekerja di bidang yang sesuai dengan spesialisasinya.
Dengan demikian, kalau semuanya berjalan lancar, masa kuliah S1 sampai dengan wisuda ditempuh selama k.l 5 tahun 8 bulan, hampir 6 tahun.
Morale of the story :
1. Buat rencana sekolah dari awal, dan selalu siapkan plan B, bilamana plan A tidak terpenuhi. Jangan pernah putus asa, bilamana belum berhasil, ditolak job-nya dll. Recovery dari 'kegagalan-kegalan' kecil tersebut, akan membuat anak-anak kita semakin kuat. Bila anak kita berhasil terus menerus tanpa pernah gagal patut kita syukuri, tapi kalau anak kita bisa bangkit dari kegagalan, itu yang harus lebih kita syukuri.
2. Sedikit pesan religius, Tuhan itu selalu memiliki rencana yang lebih baik untuk kita. Rizki dicancel CoOp karena pandemi, lalu melamar-lamar lagi dan ditolak berkali-kali, tapi pada akhirnya bisa diterima di bidang yang memang diinginkannya.
3. Latihan softskill, dalam bentuk bekerja, apakah itu part time, coop, atau internship, sangat banyak manfaatnya. Jadi tidak hanya melulu belajar di ruang kuliah/lab. Konsekuensinya, perlu durasi waktu sekolah yang lebih lama.
4. Durasi waktu kuliah yang lebih lama, konsekuensinya membutuhkan biaya yang lebih besar. Tapi jangan khawatir, karena setiap latihan soft skill dalam bekerja itu mereka dibayar. Tugas kita adalah mengajari anak-anak untuk membiayai dirinya sendiri, dari hasil usaha mereka sendiri. Ternyata hal tersebut memberikan dampak rasa self confidence yang tinggi bagi mereka untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
Semoga sharing diatas memberikan semangat kepada anak-anak kita yang masih berusaha mencari tempat CoOp atau tempat bekerja setelah lulus. Tidak semudah yang dibayangkan, tapi akan bisa kita capai dengan usaha yang persistent.