Kita diberikan nama oleh orang tua kita, pasti mengandung makna harapan, dan mungkin doa di dalamnya. Tapi, hal itu tidak selamanya bermanfaat dalam keseharian, apalagi dalam dunia global.
Saya belajar dari orang-orang China dan Korea. Mereka memiliki nama belakang yang mencerminkan etnis-nya, tetapi mereka juga memiliki nama panggilan sehari-hari yang mudah dilafalkan dan diingat oleh orang lain. Nama-nama kecil seperti, Bruce di depan Lee, Jacky di depan Chan, adalah nick name yang mudah diingat, daripada nama asli mereka.
Saya mengalami sendiri kesulitan nama ini, karena nama panggilan saya sejak kuliah agak aneh, Gadjah..! Kalau saya pesan Gojek, pengemudinya selalu bingung memanggil nama saya, sehingga di account Gojek saya menggunakan nama anak saya, Rizki, karena lebih mudah dilafalkan. Sebaliknya, Rizki juga agak repot kalau pesan kopi Tim Hortons di sini dengan namanya, sehingga dia selalu menyebutkan nama Richard, bukan Rizki pada saat memesan kopi.
Ada lagi cerita lucu teman Rizki yang dari India. Mereka dulu beberapa kali melakukan job application dengan nama aslinya, Shravan lah, Mukund lah, dan lama tidak mendapat panggilan job interview. Begitu mereka mengganti nama yang mudah dilafalkan pada saat apply job, Shravan menjadi Steve, Mukund menjadi Mike, langsung menerima banyak panggilan interview.
Jadi percaya atau tidak, nama panggilan itu bisa membuat mudah atau sebaliknya bisa membuat sulit dalam keseharian hidup anda.