Orang China yang balik badan

Kemarin saya sempat berbincang dengan teman Canadian, keturunan generasi ke tiga dari China, dan menjadi pengusaha di Canada. Perbincangan kami menjadi menarik, saat membahas beberapa atlit Canada keturunan China, yang di Winter Olympic ini mewakili China. Mereka melepas kewarganegaraan Canada dan memilih kembali menjadi warganegara China.

Dia berkomentar singkat, "Itu atlit-atlit muda yang pindah warganegara kembali menjadi China, tidak belajar dari sejarah leluhur mereka". Saya lantas bertanya, "Kenapa kamu berpandangan demikian..?" Lalu ia menjelaskan.

"Kakek saya dulu suka bercerita, hidup di China pada jaman itu sangat sulit. Dia sampai harus mencuri kulit kayu, direbus, dan diminum airnya, karena tidak ada makanan yang bisa dimakan. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk berimigrasi, keluar dari China".

Lalu ia menambahkan, "Kakek saya juga bercerita, bahwa keputusan meninggalkan China adalah pilihan yang sangat sulit. Di satu sisi, dia harus bertahan hidup dengan memilih keluar dari China, tapi di sisi lain dia juga sadar, bahwa dia akan dianggap sebagai pengkhianat negara. Orang China yang keluar dan besar di negara lain, melepaskan kewarganegaraan mereka, tidak akan pernah dianggap sebagai pahlawan bagi bangsanya. Apalagi, kalau dia lahir dan besar di negara lain. Itu banyak orang yang tidak tahu".

"Orang China dimanapun mereka berada, memang banyak yang diajarkan untuk selalu memelihara tradisi leluhur kami. Itu adalah untuk mengingat roots kami, tapi itu bukan berarti bahwa kami cinta negara China sebagai tanah air kami", ia menambahkan. "Tanah air kami adalah dimana kami lahir, atau bisa memberikan penghidupan bagi kami..!". Dia semakin berapi-api menjelaskan.

"Coba perhatikan beberapa tahun ke depan, para atlit Canada yang balik badan ke China itu. Kalau mereka bisa berprestasi atas nama China, sampai kapanpun dia tetap tidak akan dianggap sebagai pahlawan seperti atlit lain yang lahir dan besar di China. Tapi kalau mereka tidak berprestasi, pasti akan dimaki-maki oleh orang-orang China sendiri", katanya sambil tersenyum.

Saya jadi teringat beberapa sahabat saya di Indonesia. Mereka juga secara tidak langsung pernah mengungkapkan hal yang sama. "Bro.. mata gue sipit, kulit gue kuning, tapi gue lahir dan besar di Indonesia. Gue Indonesia sama dengan lu dan sampai kapanpun gue tidak mau dianggap sama dengan bangsa China".

Sejujurnya, saya kadang-kadang merasa malu. Kalau bicara tentang nasionalisme dan kontribusi kepada negara, beberapa teman saya yang keturunan China dan lahir di Indonesia ini, lebih besar daripada yang mampu saya lakukan. Mereka paham arti sesungguhnya, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Selamat hari Cap Go Meh..!